SEJARAH PENERAPAN SYARIAT ISLAM DIACEH
Kerajaan Aceh mencapai gemilang
masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1636). Salah satu usaha beliau
adalah meneruskan perjuangan sultan sebelumnya untuk melawan kekuasaan portugis
yang sangat membenci islam. Dia juga mendorong penyebaran agama islam keluar
kerajaan Aceh, seperti malaka dan pantai barat pulau sumatera. (Zakaria Ahmad,
1973:20-22).
Pengadilan diberikan kewenangan
sepenuhnya untuk mengatur jalan roda hokum tanpa meminta persetujuan pihak
atasan, peranan Qadhi malikul Adil (hakim agung kesultanan) di pusat kerajaan
Aceh memiliki kewenangan seperti Mahkamah Agung sekarang ini.
Setiap kawasan ada Qadhi ulee
baling yang memutuskan perkara di daerah tersebut. Jika ingin mengajukan
banding diteruskan pada Qadli Maliku Adil. Kedua Qadhi ini diangkat dari
kalangan ulama yang cakap dan berwibawa.
( http//www.mahkamahsyariahaceh.go.id)
Sultan Aceh merupakan pelindung
ajaran islam sehingga banyak ulama datang ke Aceh. Pada masa itu hidup ulama
seperti Hamzah fansuri, Syamsuddin As-samathrani dan syekh Ibrahim as-syami.
Pada masa iskandar thani (1636-1641) dating Nuruddin arraniri. Pada tahun 1603,
bukhari al jauhari mengarang buku tajussalatih (mahkota raja-raja), sebuah buku
yang membahas tata Negara yang berpedoman pada syariat islam ( zakaria ahmad,
1973: 22).
Di bawah perintah sultan juga
ditulis buku mit’at-uttullah karangan syekh abdurra’uf disusun pada masa
pemerintahan sultanah safiattuddin syah ( 1641-1675 ), dan buku
safinat-ulhukkamyi takhlish khashham karangan syekh jalaluddin at-tarussani
disusun masa pemerintahan sultan alaiddin johansyah (1732-1760). Buku ini
ditulis sebagai pegangan hakim dalam menyelesaikan perkara yang berlaku di
seluruh wilayah di seluruh kerajaan Aceh sendiri dan di seluruh rantau
takluknya. Kedua buku ini bersumber pada buku-buku fiqih bermazhab syafi’i.
Hukum berlaku untuk setiap
lapisan masyarakat termasuk kaum bangsawan dan kerabat raja. Dari cerita mulut
ke mulut iskandar muda menjatuhkan hukuman rajam kepada anak kandungnya sendiri
karena terbukti berzina dengan salah seorang isteri bangsawan di lingkungan
istana. Raja ling eke XIV masa sultan ala’uddin ri’ayatsyah-al qahhar
(1537-1571) di jatuhi hukuman oleh qadli malikul adil untuk membayar 100 ekor
kerbau kepada keluarga adik tirinya yang dia bunuh dengan sengaja ( al yasa’
abu bakar, 2006:389-390)
Masa Aceh di bawah tampuk kerajaan masa dulu sudah di
terapkan syariat islam,buktinya adalah:
1.
datangnya ulama-ulama besar, berarti kebutuhan
dan penghargaan terhadap ulama masa itu sangat besar.
2.
Di bentuknya peradilan islam yang di atur oleh
ulama tanpa campur tangan penguasa, ada keleluasaan untuk menjalankan hukum
syariah.
3.
Pengadilan di buat sistematis, dari tingkat
daerah hingga pusat. Masalah yang tidak selesai di tingkat daerah( qadhi ulee
baling) diteruskan ke mahkamah yang lebih tinggi (qadhi malikul adil).
4.
Jika kisah iskandar muda yang menghukum anaknya
berzina adanya, berarti hukum rajam bagi pelaku zina sudah diberlakukan pada
saat itu.
0 comments:
Post a Comment